ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DHF
Di susun oleh :
Desi
Mei Daning Astuti
2. Imam
Syafi’i
PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AN-NUR PURWODADI
TAHUN
AJARAN 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai
demam berdarah. Menurut para ahli,
demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai pada
anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam,nyeri otot,
dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti ; bintik merah pada
kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB
berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan
genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis
dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi
klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada
tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia.
Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik,
tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda.
Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari
hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan
tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah
menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan anak
pada klien DHF ( Dengue Haemorraghic Fever ).
2. Tujuan
Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1.
Definisi penyakit DHF pada
anak.
2.
Etiologi penyakit DHF pada
anak.
3.
Manifestasi klinik penyakit DHF pada anak.
4.
Patofisiologi penyakit DHF
pada anak.
5.
Komplikasi penyakit DHF pada
anak.
6.
Klasifikasi penyakit DHF pada
anak.
7.
Pemeriksaan Penunjang DHF pada
anak.
8.
Penatalaksanaan penyakit DHF pada anak.
BAB II
KONSEP DASAR
PENYAKIT
A.
DEFINISI
DHF adalah penyakit yang terdapat
pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama.( Hendarwanto; 417; 2004 )
DHF adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh arbovirus ( arthropodbora virus ) dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes ( Aedes albopictus dan Aedes agypty ). ( Ngastiyah; 341;
1997 )
DHF adalah penyakit demam yang
disebabkan oleh virus disertai demam akut, perdarahan, tedensi syok. (
Suryanah; 191; 1996 )
B.
ETIOLOGI
Virus dengue tergolong dalam family
/ suku / grup Flaviviridae, virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang terdiri dari 4 tipe yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, DEN-4 (virus dengue tipe 1-4). Infeksi oleh satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap
terhadap infeksi virus yang bersangkutan pada masa yang akan datang. Namun, hanya memberikan imunitas
yang sementara dan parsial terhadap infeksi virus lainnya.Wabah dengue juga telah disertai Aedes
albopictus, Aedess polinienssiss, Aedess scuttellariss tetapi vector tersebut
kurang efektif dan kurang berperan karena nyamuk-nyamuk tersebut banyak
terdapat didaerah perkebunan dan semak-semak, sedangkan Aedes aegypti banyak
tinggal di sekitar pemukiman penduduk.
C.
TANDA DAN GEJALA
1. Derajat I ( ringan ) : demam mendadak 2 – 7 hari, uji tourniquet
positif, kepala pusing, badan mulai pegal – pegal, batuk, muntah, suhu tubuh 38° – 39° C.
2. Derajat II ( sedang ) : perdarahan gusi, hematemesis / melena, ujung
jari dan hidung teraba dingin, gelisah, muntah, gangguan aliran darah perifer,
ganguan rasa aman dan nyaman.
3. Derajat III ( berat ) : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan
adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( kurang dari 20 mmHg ) atau
hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah.
4. Derajat IV ( syok ) : anak syok dengan nadi tak teraba dan tekanan
darah yang tidak dapat diukur. ( Hendarwanto; 423; 2004 )
Menurut WHO ( 1986 ) :
Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari,
kemudian turun secara lisis. Demam disertai gejala tidak spesifik, seperti
anoreksia, lemah nyeri pada punggung, tulang, persendian, kepala:
a. Manifestasi perdarahan :
1) Uji tourniquet positif
2) Petekia, purpura, ekimosis
3) Epitaksis, perdarahan gusi
4) Hematemesis, melena
b.
Pembesaran hati yang nyeri
tekan tanpa ikterus
c.
Dengan / tanpa renjatan
Renjatan
biasanya terjadi saat demam menurun. Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya
mempunyai prognosis buruk.
d.
Kenaikan nilai hematokrit /
hemokonsentrasi
D.
PATOFISIOLOGI
Fenemona patologis yang utama pada
penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstraseluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam
tubuh penderita adalah verimia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal – pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik
– bintik merah pada kulit ( petekie ), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran limpa ( splenomegali ).
Peningkatan permeabilitas dinding
kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan ( syok ).
Hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit > 20% )
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran ( perembesan ) plasma ( plasma
leakage ) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian
cairan intravena. Oleh karena itu pada penerita DHF sangat dianjurkan untuk
memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemikonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi
sehingga pemberian
cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan
timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apanila tidak seger
adiatasi dengan baik. Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu
perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan
tanda – tanda perdarahan hampir diseluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru,
saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya membesar denga perlemakan
dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau parasentral lobulus hati.(
Effendy; 1; 1995 )
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Darah
Terjadi trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji
tourniquet yang positif. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia,
serta hipokloremia. SGOT, SGPT, ureum dan pH darah mungkin meningkat, sedangkan
reserve alkali merendah.
2.
Air Seni
Mungkin ditemukan albuminaria ringan.
3.
Sumsum Tulang
Pada awal sakit biasanya hiposeluler kemudian pada hari
ke 5 dengan gangguan maturasi.
4.
Serologi
a.
Serum ganda : pada masa akut
dan konvalesen. Kenaiakan antibody antidengue sebanyak minimal 4 kali. Uji
peningkatan komplemen ( PK ), uji neutralisasi ( NT ) dan uji dengue blot.
b.
Serum tunggal : ada atau
tidaknya atau titer tertentu antibody antidengue. Uji dengan blot, Uji Ig M
antidengue.
5.
Isolasi virus
Bahannya adalah darah pasien, jaringan – jaringan baik
dari pasien hidup melalui biopsi , dari pasien yang meninggal melalui otopsi ( Hendarwanto; 422; 2004
)
F.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan DHF tanpa penyakit :
a. Tirah baring
b. Makanan lunak. Bila belum
ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 – 2 liter dalam 24 jam (
susu, air dengan gula atau sirop ) atau air tawar ditambah dengan garam saja.
c.
Medikamentosa yang bersifat
simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, antipiretik golongan
asetaminofen, eukinia atau diperon dan jang diberikan asetosal karena bahaya
pendarahan.
d. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi
sekunder.
2.
Pada pasien dengan tanda
renjatan dilakukan :
a.
Pemasangan infuse dan
dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan diatasi.
b.
Observasi keadaan umum, nadi,
tekanan darah, suhu dan pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4 – 6 jam pada hari
pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Pada pasien DSS diberi cairan intravena yang diberikan
dengan diguyur, seperti Na Cl, laktat ringer yang dipertahankan selama 12 – 48
jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak pernaikan dapat diberikan plasma
atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemase, sejumlah 15 – 29 ml/kg
berat beban dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi.
Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi
transfuse darah. ( Mansjoer; 432; 2001 )
G.
PATHWAY
Virus
Dengue
Viremia
Hipertermi hepatomegali depresi Permebilitas
Sum-sum
tulang kapiler
Meningkat
- Anoreksia Manifestasi
- Muntah perdarahan
Kehilangan
plasma
Perubahan Resti kekurangan volume cairan
Nutrisi kurang Hipovolemia
Dari kebutuhan
Resiko
syok resiko terjadi efusi pleura
Hipovolemia perdarahan ascites
Hemokonstrasi
syok
perubahan
perfusi jaringan
Perifer
kematian
BAB III
PROSES
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Data Subjektif :
a.
Lemah
b.
Panas atau demam
c.
Sakit kepala
d.
Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan
e.
Nyeri ulu hati
f.
Nyeri pada otot dan sendi
g.
Pegal – pegal pada seluruh
tubuh
h.
Konstipasi
2.
Data Obyektif :
a.
Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan (
flushing )
b.
Mukosa mulut kering, perdarah gusi, lidah kotor tampak bintang merah
pada kulit ( petekie ), uji tourniquet positif, epitaksis, akimosis, hematoma, hematemesis, melena
c.
Hyperemia pada tenggorokan
d.
Nyeri tekan pada epigastrik
e.
Pada palpasi teraba adanya
pembesaran hati dan limpa
f.
Pada renjatan ( derajat IV ), nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, napas dangkal ( Effendy; 10;
1995 )
B.
FOKUS INTERVENSI
1.
Peningkatan suhu tubuh (
hipertermia ) b/d proses penyakit ( viremia )
KH : - Suhu tubuh normal ( 36° – 37° C )
-
Pasien bebas dari demam
Intervensi :
-
Kaji saat timbulnya demam
-
Observasi TTV setiap 3 jam
-
Anjurkan pasien untuk banyak
minum ± 2,5 L/24 jam
-
Berikan kompres dingin
-
Anjurkan untuk tidak memakai
selimut dan pakaian yang tebal
-
Berikan therapy intravena dan
obat – obatan sesuai program dokter
2.
Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual, muntah, anoreksia dan sakit saat
menelan
KH : Kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi
yang diberikan
Intervensi :
-
Kaji keluhan yang dialami pasien
-
Beri makanan yang mudah ditelan
seperti bubur, tim dan dihidangkan saat masih hangat
-
Memberikan makanan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering
-
Catat jumlah / porsi yang
dihabiskan pasien
-
Berikan nutrisi parental (
kolaborasi dengan dokter ), obat – obat antasida
-
Ukur BB pasien setiap hari
3.
Kurang pengetahuan tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan obat b/d kurang imformasi
KH : Pengetahuan
tentang proses penyakit meningkat dan pasien / keluarga mampu menceritakan
kembali
Intervensi :
-
Kaji tingkat pengetahuan pasien
/ keluarga tentang DHF
-
Jelaskan tentang proses
penyakit, diet, perawatan dan obat dengan bahasa dan kata – kata yang mudah dipahami
-
Jelaskan semua prosedur yang
akan dilakukan dan manfaatnya bagi pasien
-
Berikan kesempatan pada pasien
/ keluarga untuk menanyakan hal – hal yang ingin diketahui sehubungan dengan
penyakit yang dialami pasien
-
Gunakan leaflet atau gambar
dalam memberikan penjelasan
4.
Potensial terjadinya perdarahan
lebih lanjut b/d trombositopenia
KH : - Tidak terjadi tanda - tanda perdarahan lebih lanjut
-
Jumlah trombosit meningkat
Intervensi :
-
Monitor tanda penurunan trombosit
yang disertai dengan tanda
tanda dan konsul
-
Berikan penjelasan tentang
pengaruh trombositopenia pada pasien
-
Monitor jumlah trombosit setiap
hari
-
Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat
-
Berikan penjelasan pada pasien
/ keluarga untuk segera melapor jika
ada tanda perdarahan
lebih lanjut
-
Jelaskan obat – obat yang
diberikan dan manfaat serta akibatnya
-
Antisipasi terjadinya perlukaan
/ perdarahan
5.
Gangguan aktivitas sehari –
hari b/d kondisi tubuh yang lemah
KH : - Kebutuhan aktivitas sehari –hari terpenuhi
-
Pasien mampu mandiri setelah
bebas demam
Intervensi :
-
Kaji keluhan pasien
-
Bantu pasien memenuhi kebutuhan
aktivitasnya sehari – hari sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien
-
Bantu pasien untuk mandiri
dengan perkembangan kemajuan fisik
-
Beri penjelasan tentang hal –
hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik
-
Letakkan barang – barang
ditempat yang mudah terjangkau oleh pasien
-
Siapkan bel didekat pasien
6.
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d
mekanisme patoligis
KH : - Rasa nyaman pasien terpenuhi
-
Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi :
-
Kaji tingkat nyeri pasien
-
Kaji faktor – faktor ynag
mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
-
Berikan posisi yang nyaman, usahakan
situasi ruangan yang tenang
-
Berikan teknik relaksasi dan
distraksi
-
Berikan obat analgetik (
kolaborasi dokter )
7.
Potensial terjadi syok
hipovolemik b/d perdarahan
KH : - tidak terjadi shock hipovolemik
-
TTV dalam batas normal
-
KU baik
Intervensi :
-
Monitor KU pasien
-
Observasi TTV tiap 2 – 3 jam
-
Monitor tanda – tanda
perdarahan
-
Anjurkan pada pasien / keluarga
untuk segera melapor jika ada tanda – tanda perdarahan
-
Beri terapi cairan intravena
dan transfuse jika terjadi perdarahan ( kolaborasi dokter )
-
Segera puasakan jika terjadi
perdarahan saluran pencernaan
-
Cek Hb, Ht, trombosit
-
Perhatikan keluhan pasien
-
Berikan obat – obatan untuk
mengatasi perdarahan sesuai dengan program dokter
-
Baringkan pasien terlentang
atau posisi datar
8.
Koping individu yang tidak efektif b/d perawatan di rumah sakit
KH : - Pasien dapat mengidentifikasikan kekuatan
dirinya, koping
yang efektif dan memanfaatkan sumber – sumber eksternal, menetapkan
cara mengatasi masalah selama dirawat di Rumah Sakit
Intervensi :
-
Berkomunikasi dengan bahasa
yang mudah dimengerti oleh pasien melindungi pasien dari situasi stress
-
Berikan kesempatan dan dorongan
pada pasien untuk mengungkapkan perasaan dan persepsinya
-
Bantu pasien mengkaji dan
mengidentifikasi situasi dan masalah yang timbul
-
Diskusikan dan bantu pasien
mengidentifikasi koping yang efektif
-
Libatkan pasien dan keluarganya
dalam perawatan
diri
9.
Potensial terjadi reaksi
transfuse b/d pemberian transfuse
KH : - reaksi transfusi tidak terjadi
Intervensi :
-
Pesan darah / komponen darah
sesuai dengan instruksi medis
-
Gunakan blood set untuk
pemberian transfuse
-
Observasi TTV pasien
-
Jelaskan tanda – tanda reaksi
transfuse
-
Anjurkan keluarga / pasien melapor tanda
– tanda reaksi transfusi
10.
Kecemasan b/d kondisi pasien
yang memburuk
KH : - Kecemasan berkurang
Intervensi :
-
Kaji rasa cemas yang dialami
pasien / keluarga
-
Tunjukkan sikap empati
-
Beri kesempatan pada pasien /
keluarga untuk mengungkapkan rasa cemasnya
-
Gunakan komunikasi terapeutik
-
Jawab semua pertanyaan pasien /
keluarga dengan jujur dan benar. ( Effendy; 29; 1995 )
BAB
IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Banyak cara untuk menurunkan insiden
terjadinya DHF. Karena vektor dari DHF adalah nyamuk Aedes aegypti , maka ada
beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan untuk memutuskan rantai penyakit:
Tanpa insektisida:
Menguras bak mandi,tempayan,drum,dll minimal
seminggu sekali.
Menutup penampungan air rapat- rapat.
Membersihkan pekarangan dari kaleng bekas,botol bekas
yang memungkinkan nyamuk bersarang.
Dengan insektisida:
Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa: biasanya dengan
fogging/pengasapan.
Abate untuk membunuh jentik nyamuk dengan cara ditabur
pada bejana- bejana tempat penampungan air bersih dengan dosis 1 gram Abate SG
1% per 10 liter air.
SARAN
Penulis berharap semoga penyusunan
makalah tentang Askep pada anak/bayi dengan DHF ini dapat memberikan ilmu dan
pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan
makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol.
1. Jakarta : Media Aesculapius.
Carpenito, Lynda Jual-Moyet.(2008). Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 10. Jakarta : EGC.
Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah. Yogyakarta : PT Bentang
Pustaka
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi
2. Jakarta ; EGC
Effendi, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF edisi 1. Jakarta :
EGC