== menu ==

Senin, 24 Desember 2012

ASKEP DHF PADA ANAK




ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DHF





Di susun oleh :
                                                                                                                                             Desi Mei Daning Astuti
2.                                                                                                                                        Imam Syafi’i





PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
 AN-NUR PURWODADI
TAHUN AJARAN 2012/2013




BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam,nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti ; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.

B.   TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan anak pada klien DHF ( Dengue Haemorraghic Fever ).
2.      Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1.      Definisi penyakit DHF pada anak.
2.      Etiologi penyakit DHF pada anak.
3.      Manifestasi klinik penyakit DHF pada anak.
4.      Patofisiologi penyakit DHF pada anak.
5.      Komplikasi penyakit DHF pada anak.
6.      Klasifikasi penyakit DHF pada anak.
7.      Pemeriksaan Penunjang DHF pada anak.
8.      Penatalaksanaan penyakit DHF pada anak.


















BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A.   DEFINISI
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.( Hendarwanto; 417; 2004 )
DHF adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus ( arthropodbora virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes albopictus dan Aedes agypty ). ( Ngastiyah; 341; 1997 )
DHF adalah penyakit demam yang disebabkan oleh virus disertai demam akut, perdarahan, tedensi syok. ( Suryanah; 191; 1996 )

B.   ETIOLOGI
Virus dengue tergolong dalam family / suku / grup Flaviviridae, virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang terdiri dari 4 tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 (virus dengue tipe 1-4). Infeksi oleh satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang bersangkutan pada masa yang akan datang. Namun, hanya memberikan imunitas yang sementara dan parsial terhadap infeksi virus lainnya.Wabah dengue juga telah disertai Aedes albopictus, Aedess polinienssiss, Aedess scuttellariss tetapi vector tersebut kurang efektif dan kurang berperan karena nyamuk-nyamuk tersebut banyak terdapat didaerah perkebunan dan semak-semak, sedangkan Aedes aegypti banyak tinggal di sekitar pemukiman penduduk.

C.   TANDA DAN GEJALA
1.     Derajat I ( ringan )      :  demam mendadak 2 – 7 hari, uji tourniquet positif, kepala pusing, badan mulai pegal – pegal, batuk, muntah, suhu tubuh 38° – 39° C.
2.     Derajat II ( sedang )    :  perdarahan gusi, hematemesis / melena, ujung jari dan hidung teraba dingin, gelisah, muntah, gangguan aliran darah perifer, ganguan rasa aman dan nyaman.
3.     Derajat III ( berat )     :  ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( kurang dari 20 mmHg ) atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah.
4.     Derajat IV ( syok )      :  anak syok dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur. ( Hendarwanto; 423; 2004 )
Menurut WHO ( 1986 ) :
Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari, kemudian turun secara lisis. Demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah nyeri pada punggung, tulang, persendian, kepala:
a.       Manifestasi perdarahan :
1)      Uji tourniquet positif
2)      Petekia, purpura, ekimosis
3)      Epitaksis, perdarahan gusi
4)      Hematemesis, melena
b.      Pembesaran hati yang nyeri tekan tanpa ikterus
c.       Dengan / tanpa renjatan
         Renjatan biasanya terjadi saat demam menurun. Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
d.      Kenaikan nilai hematokrit / hemokonsentrasi

D.   PATOFISIOLOGI
Fenemona patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstraseluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah verimia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal – pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik – bintik merah pada kulit ( petekie ), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa ( splenomegali ).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan ( syok ).
Hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit > 20% ) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran ( perembesan ) plasma ( plasma leakage ) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada penerita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemikonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apanila tidak seger adiatasi dengan baik. Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda – tanda perdarahan hampir diseluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya membesar denga perlemakan dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau parasentral lobulus hati.( Effendy; 1; 1995 )

E.   PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Darah
Terjadi trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia. SGOT, SGPT, ureum dan pH darah mungkin meningkat, sedangkan reserve alkali merendah.
2.      Air Seni
Mungkin ditemukan albuminaria ringan.
3.      Sumsum Tulang
Pada awal sakit biasanya hiposeluler kemudian pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi.
4.      Serologi
a.       Serum ganda : pada masa akut dan konvalesen. Kenaiakan antibody antidengue sebanyak minimal 4 kali. Uji peningkatan komplemen ( PK ), uji neutralisasi ( NT ) dan uji dengue blot.
b.      Serum tunggal : ada atau tidaknya atau titer tertentu antibody antidengue. Uji dengan blot, Uji Ig M antidengue.
5.      Isolasi virus
Bahannya adalah darah pasien, jaringan – jaringan baik dari pasien hidup melalui biopsi , dari pasien yang meninggal melalui otopsi ( Hendarwanto; 422; 2004 )

F.     PENATALAKSANAAN
1.     Penatalaksanaan DHF tanpa penyakit :
a.     Tirah baring
b.     Makanan lunak. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 – 2 liter dalam 24 jam ( susu, air dengan gula atau sirop ) atau air tawar ditambah dengan garam saja.
c.      Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinia atau diperon dan jang diberikan asetosal karena bahaya pendarahan.
d.     Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
2.      Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
a.       Pemasangan infuse dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan diatasi.
b.      Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4 – 6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Pada pasien DSS diberi cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti Na Cl, laktat ringer yang dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak pernaikan dapat diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemase, sejumlah 15 – 29 ml/kg berat beban dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfuse darah. ( Mansjoer; 432; 2001 )































G.  PATHWAY


                                                          Virus Dengue





                                                               Viremia

 


    Hipertermi                                      hepatomegali                            depresi                                         Permebilitas
                                                                                                    Sum-sum tulang                                      kapiler
                                                                                                                                                                  Meningkat




-   Anoreksia                                                                                   Manifestasi
-     Muntah                                                                                      perdarahan




                                                                                                   Kehilangan plasma


    Perubahan           Resti kekurangan volume cairan                              
Nutrisi kurang                                                                               Hipovolemia
Dari kebutuhan


                                                                                                        Resiko syok                  resiko terjadi                  efusi pleura
                                                                                                       Hipovolemia                   perdarahan                        ascites
                                                                                                                                                                                 Hemokonstrasi
                                                                                                                

                                                                                                                
                                                                                                              syok                                                    


                                                                                                                                                       perubahan perfusi jaringan
                                                                                                                                                                     Perifer
                                                                                                          kematian











BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

A.   PENGKAJIAN
1.      Data Subjektif :
a.       Lemah
b.      Panas atau demam
c.       Sakit kepala
d.      Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan
e.       Nyeri ulu hati
f.       Nyeri pada otot dan sendi
g.      Pegal – pegal pada seluruh tubuh
h.      Konstipasi
2.      Data Obyektif :
a.       Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan ( flushing )
b.      Mukosa mulut kering, perdarah gusi, lidah kotor tampak bintang merah pada kulit ( petekie ), uji tourniquet positif, epitaksis, akimosis, hematoma, hematemesis, melena
c.       Hyperemia pada tenggorokan
d.      Nyeri tekan pada epigastrik
e.       Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa
f.       Pada renjatan ( derajat IV ), nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, napas dangkal ( Effendy; 10; 1995 )

B.   FOKUS INTERVENSI
1.      Peningkatan suhu tubuh ( hipertermia ) b/d proses penyakit ( viremia )
KH   :  -  Suhu tubuh normal ( 36° – 37° C )
-    Pasien bebas dari demam
                  Intervensi :
-          Kaji saat timbulnya demam
-          Observasi TTV setiap 3 jam
-          Anjurkan pasien untuk banyak minum ± 2,5 L/24 jam
-          Berikan kompres dingin
-          Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal
-          Berikan therapy intravena dan obat – obatan sesuai program dokter
2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual, muntah, anoreksia dan sakit saat menelan
KH   :  Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan
                  Intervensi :
-          Kaji keluhan yang dialami pasien
-                Beri makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim dan dihidangkan saat masih hangat
-          Memberikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
-          Catat jumlah / porsi yang dihabiskan pasien
-                Berikan nutrisi parental ( kolaborasi dengan dokter ), obat – obat antasida
-          Ukur BB pasien setiap hari
3.      Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat b/d kurang imformasi
KH   :  Pengetahuan tentang proses penyakit meningkat dan pasien / keluarga mampu menceritakan kembali
                  Intervensi :
-          Kaji tingkat pengetahuan pasien / keluarga tentang DHF
-                Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat dengan bahasa dan kata – kata yang mudah dipahami
-                Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi pasien
-                Berikan kesempatan pada pasien / keluarga untuk menanyakan hal – hal yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakit yang dialami pasien
-          Gunakan leaflet atau gambar dalam memberikan penjelasan
4.      Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut b/d trombositopenia
KH   :  -  Tidak terjadi tanda - tanda perdarahan lebih lanjut
-    Jumlah trombosit meningkat
                  Intervensi :
-          Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda
tanda dan konsul
-          Berikan penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada pasien
-          Monitor jumlah trombosit setiap hari
-          Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
-          Berikan penjelasan pada pasien / keluarga untuk segera melapor jika
ada tanda perdarahan lebih lanjut
-          Jelaskan obat – obat yang diberikan dan manfaat serta akibatnya
-          Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan
5.      Gangguan aktivitas sehari – hari b/d kondisi tubuh yang lemah
KH   :  -  Kebutuhan aktivitas sehari –hari terpenuhi
-    Pasien mampu mandiri setelah bebas demam
                  Intervensi :
-          Kaji keluhan pasien
-                Bantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari – hari sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien
-                Bantu pasien untuk mandiri dengan perkembangan kemajuan fisik
-                Beri penjelasan tentang hal – hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik
-                Letakkan barang – barang ditempat yang mudah terjangkau oleh pasien
-                Siapkan bel didekat pasien
6.      Gangguan rasa nyaman nyeri b/d mekanisme patoligis
KH   :  -  Rasa nyaman pasien terpenuhi
-    Nyeri berkurang atau hilang
                  Intervensi :
-          Kaji tingkat nyeri pasien
-          Kaji faktor – faktor ynag mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
-          Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang
-          Berikan teknik relaksasi dan distraksi
-          Berikan obat analgetik ( kolaborasi dokter )
7.      Potensial terjadi syok hipovolemik b/d perdarahan
KH   :  -  tidak terjadi shock hipovolemik
-    TTV dalam batas normal
-    KU baik
                  Intervensi :
-          Monitor KU pasien
-          Observasi TTV tiap 2 – 3 jam
-          Monitor tanda – tanda perdarahan
-                Anjurkan pada pasien / keluarga untuk segera melapor jika ada tanda – tanda perdarahan
-                Beri terapi cairan intravena dan transfuse jika terjadi perdarahan ( kolaborasi dokter )
-                Segera puasakan jika terjadi perdarahan saluran pencernaan
-                Cek Hb, Ht, trombosit
-                Perhatikan keluhan pasien
-                Berikan obat – obatan untuk mengatasi perdarahan sesuai dengan program dokter
-          Baringkan pasien terlentang atau posisi datar
8.      Koping individu yang tidak efektif  b/d perawatan di rumah sakit
KH   :  -  Pasien dapat mengidentifikasikan kekuatan dirinya, koping yang efektif dan memanfaatkan sumber – sumber eksternal, menetapkan cara mengatasi masalah selama dirawat di Rumah Sakit
                  Intervensi :
-                Berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien melindungi pasien dari situasi stress
-                Berikan kesempatan dan dorongan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan dan persepsinya
-                Bantu pasien mengkaji dan mengidentifikasi situasi dan masalah yang timbul
-                Diskusikan dan bantu pasien mengidentifikasi koping yang efektif
-          Libatkan pasien dan keluarganya dalam perawatan diri
9.      Potensial terjadi reaksi transfuse b/d pemberian transfuse
KH   :  -  reaksi transfusi tidak terjadi
                  Intervensi :
-          Pesan darah / komponen darah sesuai dengan instruksi medis
-          Gunakan blood set untuk pemberian transfuse
-          Observasi TTV pasien
-          Jelaskan tanda – tanda reaksi transfuse
-          Anjurkan keluarga / pasien melapor tanda – tanda reaksi transfusi
10.  Kecemasan b/d kondisi pasien yang memburuk
KH   :  -  Kecemasan berkurang
                  Intervensi :
-          Kaji rasa cemas yang dialami pasien / keluarga
-          Tunjukkan sikap empati
-          Beri kesempatan pada pasien / keluarga untuk mengungkapkan rasa   cemasnya
-          Gunakan komunikasi terapeutik
-          Jawab semua pertanyaan pasien / keluarga dengan jujur dan benar. ( Effendy; 29; 1995 )














BAB IV
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Banyak cara untuk menurunkan insiden terjadinya DHF. Karena vektor dari DHF adalah nyamuk Aedes aegypti , maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan untuk memutuskan rantai penyakit:
Tanpa insektisida:
Menguras bak mandi,tempayan,drum,dll minimal seminggu   sekali.
Menutup penampungan air rapat- rapat.
Membersihkan pekarangan dari kaleng bekas,botol bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.
Dengan insektisida:
Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa: biasanya dengan fogging/pengasapan.
Abate untuk membunuh jentik nyamuk dengan cara ditabur pada bejana- bejana tempat penampungan air bersih dengan dosis 1 gram Abate SG 1% per 10 liter air.

SARAN
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada anak/bayi dengan DHF ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.



DAFTAR PUSTAKA



Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.
Carpenito, Lynda Jual-Moyet.(2008). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC.
Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta ; EGC
Effendi, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF edisi 1. Jakarta : EGC